Tuesday, October 20, 2009

dari binder koconegoro

well, sejak masuk kuliah kan gw uda ngga pernah pake buku tulis lagi dan beralih ke binder yang terdiri dari kertas-kertas yang independen itu. nah, kemudian adik gw yang terkecil yang bernama koco negoro turut ingin menggunakkan binder. akhirnya ia pun mempunyai binder. sebenernya isi bindernya sangat-sangat ngga penting. contoh dia gambar-gambar karakter karakter kesukaannya seperti naruto, one piece, dsb. ada juga fotonya yang ditempel lalu dicoret-coret, dsb. tapi selain itu gw yang semalam membuka-buka bindernya yang tergeletak begitu saja tak berdaya karena sudah dilupakan oleh sang empunya, menemukan beberapa harta karun di dalam binder itu.

ada halaman yang ditulis dengan spidol hitam

berdiri di persimpangan..
menatap genangan air yang membanjiri tanah merah tak berdosa
ada pelangi yang terpantul darinya.
pelajaran baru yang tengah dimulai mulai mengisi kertas-kertas yang dulu telah siap dibakar.
ada cerita sedih di balik jalan dan perjalanan dimana hubungan antara keduanya sangat bersahabat.
aku melihat, dia mendengar; aku memahami dan dia belajar untuk mengenali.
banyak hal yang sebelumnya tertutup mulai terkuak,
antara tanah, air kotor, pelangi ilusi, pelajaran baru dan perjalanan adalah keluarga.
bantu aku agar mengerti bahwa esok keluarga itu akan saling melengkapi.
dan biar persimpangan ini menjadi awal letak diriku..

lalu ada halaman yang bertulis sambung acak-acakan dengan menggunakkan pensil

dulu kita sahabat, sahabat yang sejati
karna masalah sepeleh kita jadi jauh-jauhan
padahal kita sudah berjanji akan selalu bersahabat
dan kita selalu bermain bersama dan kita bermain sepedah
karena sahabatku tidak mau meminjamkan sepedahnya,
terjadi pertengkaran aku dan sahabatku bertengkar
aku sudah besar dan sahabatku juga
kami berdua bertemu di setasiun diponegoro
dan aku ingat soal pertengkaran sepedah itu
*tamat

lalu ada juga halaman bertulis tinta biru

sepatu flat
rok tumpuk
kemeja sempit
funeral hat
paduan untuk gadis di balik bis kota
ia berdiri di depan sana setengah jam lalu
aku meliriknya dari warung kopi seberang
matanya hitam
di pipinya airmata kering
anak kecil takut
orang gila girang
aku berdiri hendak menghampirinya
tapi, urung
dia cepat berpindah ke sebelahku
dan mengulur tangan,
"hai, saya abelle!" katanya
*lagu pelan*

well, tiga halaman itu merupakan tulisan gw dan kedua adik gw. mmh, ternyata kita bertiga menganut aliran sastra yang berbeda.

dan moral of story kali ini adalah binder koco negoro ada gunanya juga buat corat-coret ketika anak-anaknya mama lagi kurang kerjaan.

No comments:

Post a Comment